Mimpi T A N P A Tidur.
Anda tahu?
Miris memang. Jikalau membayangkan, apakah selama ini kita hidup untuk
menggapai mimpi? Coba anda bayangkan sebagai para pemegang saham yang
mendapatkan dividen dari laba yang diberikan perusahaan. Apakah anda sebenarnya
menggapai sebut saja "Keuntungan" yang akan menghidupi keluarga anda?
Itukah tujuan anda hidup? Menggapai keuntungan itu?
Baik,
sekarang, di zaman ini.
Yang kita
perlukan hanyalah merubah pola pikir yang telah meracuni otak kita. Saya hanya
akan membahas mimpi. Ya, mimpi seseorang. Seseorang yang duduk di bangku
sekolah, menjadikan dia seorang terdidik, terpelajar. Jika ditanya, apa
cita-cita anda? Dengan bangga ia menjawab, "Dokter!" yah. Orang akan
berusaha untuk menggapai mimpi itu dengan sebisa mungkin. Tapi saya katakan
lagi bahwa SEKARANG, FAKTANYA bahwa CITA-CITA KAMI TELAH TERACUNI.
Teracuni
oleh dunia zaman ini, tidak! Ralat! Coret! Bukan dunia, tapi perubahan nilai,
pergeseran akhlak, dan budaya para penerus bangsa. Kejam bukan dunia, tapi
anda-anda yang telah diracuni otaknya. Nilai akhlak sudah tidak lagi penting
tapi nilai sebagai "uang" untuk membayar CITA-CITA kita. Bukan
berarti uang saja, tapi nilai pelajaran dari sekolah. Mimpi kami tidur sebenarnya.
Kecuali para pemuda yang sadar. Bahwa dia telah dibodohi oleh orang-orang yang
telah diracuni. Orang-orang yang bahkan untuk meraih mimpinya dengan
terang-terangan digadaikan dengan sikap haram. Sikap tak beretika, tak
bernilai. Bahkan orang-orang berjanggut, beruban, yang kita sebut tua saja,
sudah tidak dapat dipercaya kata-katanya. Bahkan mereka ikut meracuni anak
didikinya, kandungnya untuk menggadaikan cita-cita mereka dengan NILAI-NILAI
PALSU! Baik, kembali ke zaman ini. Menuju zaman jahiliyah. Itu, benar. Semakin
pudarnya nilai yang benar dan terbaliknya nilai yang buruk menjadi benar dan
biasa dan nilai yang baik menjadi salah dan tabu. Contoh konkretnya saja:
MENYONTEK. Tanyakan saja kepada setiap orang, "Siapa yang tidak pernah
meyontek seumur hidupnya?" anda tahu jawabannya. Saya tidak akan bahas
menyontek. Tapi secara unversal, saya berasumsi bahwa pantas negara ini tidak
maju, karena negara ini salah urus. Diurus para pemimpi yang menggadaikan
mimpinya dengan nilai PALSU dan bahkan dengan bangga dan terang-terangan.
Karena sekali lagi, saya katakan bahwa yang salah itu dianggap biasa. Bukankah
biasa itu mayoritas? Apakah anda dapat berekspektasi bahwa anda akan menjadi
orang penting di dunia ini? Baik penting boleh tapi baik lebih penting! Nilai-nilai
para pemimpi yang implementasinya PALSU yang sangat berpeluang karena hasil
PALSUnya. Menjadi para PEJABAT PALSU, DOKTER PALSU, INSINYUR PALSU, PENGUSAHA
PALSU, GURU PALSU, HAKIM PALSU. Ini menyedihkan bukan? Hasil PALSU yang
direalisasikan menjadi MIMPI PALSU, MIMPI YANG TERTIDUR.
Solusi dari
saya, sebenarnya mulai bersihkanlah diri kita dari pikiran-pikiran negatif.
Memperjuangkan hak-hak dan melakukan kewajiban sebaik-baiknya. Dan niatkan
dalam hati bahwa:
Kami penegak d i k s i. Penulis, ditulis.
Penyair lurus.
Ilmu tak putus.
Umur tak segan,
mengambil banyak peluang.
Sebisa pemuda,
bermimpi, dan mumpuni.
Berdiri dengan tegak,
idealis, nasionalis.
Berdikari, visioner,
Revolusi!
Bercerita citranya,
tentang masa depan.
Kisahnya tentang kisahnya,
terkenang layaknya founding fathers.
Yang ditulis dibuku-buku,
abadi tanpa pandang bulu.
Cover, terkader,
para pemuda pemudi berdikari.
Punya mimpi,
punya hasrat,
punya ide,
kuat pendirian.
Tahan banting,
Walau badai mengontang-anting,
Pikiran idealismu anak pemuda!
Itulah pemimpi tanpa tertidur..
Bermimpi dengan membuka mata, hati, nurani.
Agar anda tahu,
pemuda bisa.
Jika mereka mau,
Membuka diri,
Sepenuh hati,
Menggapai mimpi,
Yang tertidur sekian lama.
Mari kita bangunkan mimpi,
Tanpa tidur,
dengan segenap hati.
Kita pemuda,
dengan ini siap sedia,
MIMPI TANPA TIDUR dengan NILAI ASLI.
Nadiah N. F.
6 Desember
2012, 03:13 WIB